,

Quantitative Methods in Moderation

Quantitative methods in moderation western scholars, such rules may play an important role in the success of an organization; but the study revealed that the level of use of quantitative methods in Asean countries is modest compared with the developed countries. Why does this happen? Various reasons put forward include: 

1 Lack of expertise 

2 The gap between theory and practice 

3 Support from top management and organizational culture 

4 Teaching and training in institutions 


1 Lack of expertise 

Quantitative methods, particularly in management science / operations research is still new in our country and the general public are still less aware of its usefulness. Furthermore no specific studies on quantitative methods in our country; what are some of the courses offered in a field of study. Overall expertise is not so crowded.

This problem is compounded when the thought that many of these experts have a job that does not use its expertise; many are having accumulated a lot of experience coming into the manager and so on; there are also a large part of the work at institutions of higher learning and research institutions. Finally, the number of experts who are working as specialists in the business world becomes very small. This situation is not confined to our country, but also in developing countries, and not least in the developed countries. 


2 The gap between theory and practice 

Many experts quantitative methods employed in the academic world in which their performance is measured through their research papers. Most of them are more akin to the theory without thinking whether they are relevant to practical work. Have an opinion ("the most valuable contribution universities That can make and one That is unique to universities is to support research and scholarship That are not subject to tests of relevance"). 

This kind of teaching methods when teaching a student about the theory of "ELECTRICITY" and the advantages and disadvantages of a stroke in the pool without getting into the pool, and expect that students know how to swim at the end of the course. It is clear that the gap between theory, application and teaching has led to slowdown the use of quantitative methods widely. 


3 Support for the management and culture organizations 

Even if one is equipped with the relevant knowledge, the use of these methods still require support and received by the top management. Often we hear the experts complain that quantitative methods work, they are not included in the study of decision-making. This may be due to many reasons; Among the study may not be relevant or do not provide necessary information, or the manufacturer kepututsan not understand or still suspect the techniques used. 

In addition, the management is still skeptical about the use of quantitative methods because most likely that these methods will show that the decision they have made in the past was the wrong decision. The first step in expanding the use of quantitative methods must be based on the philosophy of the method is not intended to identify errors person but to find ways to solve problems and improve performance. Therefore, for the success in the implementation of quantitative methods in business and management, we need a healthy cultural organization which can promote widespread usage. 

Master among other figures identify the culture organsisasi is ("a dedication shared this belief the company to problem solving based on evidence rather than opinion Armchair; the recognition That all employees, not just managers and technical specialists can CONTRIBUTE to problem solving"). 

4 Teaching and training in institutions 

The fourth problem is often referred to ("the real world is very complex"). This statement is not denied; but quantitative methods are not limited to identification of the best solution but also the formulation of a systematic problem that at the end of this process the decision makers can better understand the real problem. 

Only when we really understand the problem, then we can think about a solution. One common misconception is that adjustments to the model problem. Actually the solution in quantitative methods are identification problems first and then identify a suitable model with him and not vice versa. Related to this is the problem of lack of data organized and reliable.

Berdamai dengan Takdir


Rasulullah mengajar kita supaya berdoa dengan doa ini:”Ya Allah janganlah Engkau serahkan diriku kepada diriku sendiri walaupun sekelip mata.”

Mengapa? kerana diri kita lemah, ilmu cuma ‘sekerat’, kudrat kita terhad. Mana mungkin kita dapat mengharungi kehidupan yang begitu mencabar ini hanya bersandarkan kekuatan diri. Justeru, dalam doa itu Rasulullah saw berpesan agar serah dan pasrahkanlah hati serta diri kepada Allah.
Kita tidak mengetahui apa yang terbaik untuk diri kita sendiri. Kita hanya penerima, kita bukan Pemberi. Yang memberi ialah Allah, dan Allah menegaskan apa yang diberikanNya untuk kita adalah baik belaka. Namun akal kita tidak akan mampu mengetahui rahsia di sebalik yang pahit, pedih dan sakit. Mahunya yang manis-manis sahaja. Apatah lagi nafsu… ia akan memberontak apabila terjadi sesuatu yang berlawanan dengan kehendak tabienya.
Apabila berlaku sesuatu yang berlawanan dengan kehendak diri, berlakulah stres, marah dan sedih. Itu biasa. Hal itu sentiasa berlaku dalam kehidupan. Yang luar biasanya, apabila kita memilih untuk ‘berkelahi’ dengan takdir. Kita tidak menerima warna-warni kehidupan seadanya. Kita tidak berdamai dengan takdir sebaliknya memilih untuk memberontak, mempersoalkan dan melawannya. Persoalan kenapa? Mengapa? Sering menghantui jiwa.
Bayangkan kita sedang berjalan di tepi pantai sewaktu matahari mula terbenam. Warna di kaki langit menjadi jingga, oren dan kuning keemasan. Kita melihat dan menikmatinya sahaja. Kita tidak berkata, “sewajarnya ditambah warna kuning, dikurangkan warna jingga.”
Tidak! Kita tidak akan berkata begitu. Sebaliknya kita memilih untuk ‘bersahabat’ dengan alam dan menikmati lukisan alam seadanya. Hasilnya? Kita tenang. Kita nikmati alam seperti seadanya… akur kepada Pencipta senja.
Ironinya, sikap kita tidak begitu apabila berdepan dengan ‘lukisan takdir’ pada kanvas kehidupan kita. Sedangkan lukisan alam dan lukisan takdir itu sama-sama datangnya daripada Allah. Mengapa kita memilih untuk berkrisis dengan ketentuan Allah dan tidak mahu menerima semua itu seadanya?

Berusahalah dengan segala upaya yang dikurniakan Allah. Tidak salah, malah kita dituntut untuk mencorakkan kehidupan sendiri dengan panduan serta kekuatan yang dibekalkan oleh Allah jua. Namun, setelah berusaha dan bersusah payah semaksimumnya, letakkan segalanya di pinggiran. Jangan sekali-kali bersandarkan kepada diri, namun bertawakkal, bersangka baik dan berdoalah kepada Allah. Apapun nantinya hasilnya, katakan pada diri, “aku harap yang baik, Allah akan memberi yang baik.”

Jika yang diharapkan berlaku, syukur. Namun sekiranya berlaku sesuatu yang tidak dijangka dan tidak disangka… sabarlah. Belum tentu itu satu keburukan. Seringkali keberkatan, kebaikan dan kejayaan dibungkus oleh takdir dengan kepahitan, kerugian dan kegagalan. Seringkali kita gagal melihat hakikat ini ketika ia sedang berlaku… namun apabila sedikit masa berlalu barulah kita sedar, rupa-rupanya Allah takdirkan kita berundur ke belakang untuk mengambil lajak bagi melonjak lebih tinggi dan lebih jauh ke hadapan.

Inilah hakikat hidup yang dipilih Allah untuk kita. Kita akan terus berbaik sangka kepada Allah… DIA akan mengubat, melapang dan memberi kemenangan di sebalik setiap takdirNya. Ya, kita tidak akan tahu segalanya, kerana ilmu sekelumit cuma. Namun apabila Allah yang Maha Penyayang telah memilih itu kita maka yakinlah Kasih SayangNya sentiasa mendahului kemurkaanNya. Yang pahit itu akan menjadi ubat. Yang pedih itu akan menjadi penawar.

Jika itulah suara hati kita, mana mungkin kita gelisah, resah dan stres keterlaluan? Yakinlah, kita hamba Allah… Allah tidak akan mengecewakan kita!

nukilan Allahyarham Muhammad Nadzim....alfatihah (6 Mac 2014)

Bila Rakan Bersama.....Semuanya Indah Sahaja

Benar kata orang tua...hidup perlu besahabat kerana sahabat pengganti saudara bila kita memerlukannya. Sahabat bukan dapat dibeli....sahabat juga ibarat pisau......semakin tajam matanya......semakin mudah tangan kita terluka. Bukan mudah untuk berkawan...tapi tidak salah kita berkawan....cuma kawan dan sahabat adalah dua nama yang berbeda seumpama isteri dan tunang.......dua dua punya peranan yang sama....























Siapa Kami Jikalau bukan Keringat Orangtua

Keluarga yang dibina hasil dari keringat dan pengorbanan orangtua yang selalu mendoa akan kesejahteraan anak anak nya.....tanpa orang tua...siapa kami disini....

Saya bangga dan bersyukur kepada illahi punya seorang ibu yang bernama Jamilah Binti Ahmad.....semangatnya kental dan berani berhadapan dengan kudrat yang tidak seberapa membangunkan keluarga kami yang besar....dengan linangan airmatanya tanpa sentuhan saudaramara lain.......

Setiap hari itu...adalah musuh.......sekali kita naik keatas....semakin kuat aura menolak kita untuk terus kebawah...... Dengan izin illahi, keturunan keluarga mempunyai keturunan darah orang jawa, orang siam,orang bugis, orang china dan orang melayu bercampur dengan orang minangkabau (sebelah ayah) menjadikan keluarga saya semakin unik...... 






Bila Anak Melancung Ke Luar Negeri

Anak kami ketiga (Muhammad Zhafri Azim) selalu bercita untuk menjejak kakinya di bumi orang lain untuk menimba pengalaman dan pengetahuannya. Maka dengan izin illahi, lawatan beliau bersama mamanya ke negara tetangga...Vietnam pada Jun 2014 menjadi kenyataan dan telah memberinya peluang dunia baru di dalam kehidupannya..secara realitinya.....

JAUH PERJALANAN...LUAS PEMANDANGAN

































Jangan Ingat Kita Selalu Di Atas

Dalam perjalanan hidup ini, kami sekeluarga hanya bergantung kepada doa kepada illahi dan pegangan budaya hidup.....tiada sesiapa akan membantu kecuali diri sendiri dan restu orang tua. Sesungguhnya benar kata orang tua..... kita sepatutnya bersyukur bila diberi peluang berada diatas.......



BERSAMA YB MENTERI BESAR NEGERI SEMBILAN






BERSAMA YB MENTERI PERTAHANAN MALAYSIA





BERSAMA PELAWAT DARI NEGARA AUSTRALIA



BERSAMA PELUANG DARI NEGARA INDONESIA



Wajah Pencetus Semangat

Sepanjang perjalanan hidup ini, wajah wajah pemimpin, teman, sahabat dan kenalan jauh yang sering memberi peluang atau pencetus semangat atau pemberi idea kreatif untuk saya meneroka kejayaan di masa hadapan.


PERDANA MENTERI MALAYSIA DAN
 PRESIDEN AMERIKA SYARIKAT


BERSAMA PENGARAH DAN 
TIIMBALAN KETUA PENGARAH


BERSAMA PENGERUSI MAWAR HOSPITAL SEREMBAN, NEGERI SEMBILAN



                  BERSAMA TENGKU BESAR TAMPIN



BERSAMA MENTERI NEGARA CHINA


BERSAMA PENGARAH PUSAT BANK ICU, 
JABATAN PERDANA MENTERI


BERSAMA YB MENTERI PEMBANGUNAN WANITA,KELUARGA DAN MASYARAKAT


BERSAMA WAKIL KEMENTERIAN LUAR BANDAR


BERSAMA TIMBALAN KETUA SETIAUSAHA KEMENTERIAN KESIHATAN MALAYSIA



BERSAMA BEKAS MENTERI PEMBANGUNAN WANITA,KELUARGA DAN MASYARAKAT

BERSAMA YB MENTERI PERSEKUTUAN


BERSAMA DIPERTUA MAJLIS WANITA CAWANGAN NEGERI SEMBILAN MERANGKAP ISTERI MENTERI BESAR



 BERSAMA YB MENTERI PEERSEKUTUAN



BERSAMA YABHG ISTERI PERDANA MENTERI MALAYSIA


BERSAMA DATUK SUHAIMI

BERSAMA ADUN NEGERI SEMBILAN


BERSAMA PENGARAH INSTITUT PERGURUAN KHAS CHERAS


BERSAMA TIMBALAN MENTERI PEMBANGUNAN WANITA,KELUARGA DAN MASYARAKAT

BERSAMA YB SENATOR DEWAN NEGARA